Syahrul Efendi
Suku
Ammatoa di Kecamatan Kajang memang menyimpan begitu banyak cerita bagi
setiap pengunjungnya. keberadaannya yang cukup jauh dari kota membuat
masyarakatnya masih menganut sistem tradisional baik dari segi ritual
keagamaan ataupun sosial kehidupannya...
Etnis Ammatoa berada di Kecamatan
Kajang Kabupaten Bulukumba. Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.
Letaknya kurang lebih 40 km sebelah timur Kota Bulukumba. Keunikan
budayanya sudah terdengar hingga ke seluruh penjuru dunia. Keunikan
ini pula yang membuat Kajang tiap tahunnya dibanjiri wisatawan
mancanegara.
Orang Ammatoa betul-betul memegang teguh kitab lontara itu. Pasang
ri Kajang menyimpan pesan-pesan luhur. Yakni, penduduk Tana Toa harus
senantiasa ingat kepada Tuhan. Lalu, harus memupuk rasa kekeluargaan
dan saling memuliakan. Orang Ammatoa juga diajarkan untuk bertindak
tegas, sabar, dan tawakal. Pasang ri Kajang juga mengajak untuk taat
pada aturan, dan melaksanakan semua aturan itu sebaik-baiknya.
Masyarakat adat Ammatoa tinggal berkelompok dalam suatu area hutan
yang luasnya sekitar 50 km. Mereka menjauhkan diri dari segala sesuatu
yang berhubungan dengan hal-hal moderenisasi, kegiatan ekonomi dan
pemerintahan Kabupaten Bulukumba. Mungkin disebabkan oleh hubungan
masyarakat adat dengan lingkungan hutannya yang selalu bersandar pada
pandangan hidup adat yang mereka yakini.
Hitam merupakan sebuah warna adat yang kental akan kesakralan dan
bila kita memasuki kawasan ammatoa pakaian kita harus berwarna hitam.
Warna hitam mempunyai makna bagi Mayarakat Ammatoa sebagai bentuk
persamaan dalam segala hal, termasuk kesamaan dalam kesederhanaan.
tidak ada warna hitam yang lebih baik antara yang satu dengan yang
lainnya. Semua hitam adalah sama. Warna hitam menunjukkan kekuatan,
kesamaan derajat bagi setiap orang di depan sang pencipta. Kesamaan
dalam bentuk wujud lahir, menyikapi keadaan lingkungan, utamanya
kelestarian hutan yang harus di jaga keasliannnya sebagai sumber
kehidupan.
Suku Kajang dalam lebih teguh memegang adat dan tradisi moyang
mereka dibanding penduduk kajang luar yang tinggal di luar
perkampungan. Rumah-rumah panggung yang semuanya menghadap ke barat
tertata rapi, khususnya yang berada di Dusun Benteng tempat rumah Amma
Toa berada. Tampak beberapa rumah yang berjejer dari utara ke selatan.
Di depan barisan rumah terdapat pagar batu kali setinggi satu meter.
Dalam bahasa bugis Konjo yang kental merupakan bahasa suku yang selama
ini sebagai media komunikasi antar sesama masyarakat suku kajang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar